Kamis, 08 Maret 2012

Metode Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan Islam seiring dengan tujuan Allah menciptalkan manusia, yakni untuk mengabdi kepada-Nya. Pengabdian pada Allah sebagai realisasi dari keimanan yang diwujudkan dalam amaliah untuk mencapai derajat orang yang taqwa disisinya,. Kemudian Allah menciptakan manusia sebagai khalifah untuk melaksanakan tugasnya. Khlifah dituntut menjadikan sifat-sifat Allah bagian dari karakteristik keperibadiannya untuk mendukung terwujudnya kemakmuran. Pengabdian dan ketaqwaan kepada Allah merupakan jembatan untuk mencapai kebahagian hidup didunia dan akhirat.
Dalam bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukuan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan. Dalam penerapanya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik sendiri. dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seseorang haruslah mengacu pada daasr-dasar metode pendidikan tersebut. Dalam penggunaaanya, metode pendidikan Islam perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksannan metode tersebut.





  BAB II
PEMBAHASAN      
 A. Pengertian Metode
 Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh.[1] Secara etimologi, kata metode berasal dari dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui dan hodos berarti “jalan” atau “cara”, dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[2] Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.[3] Sedangkan dalam bahasa Inggris metode disebut method yang berarti cara.[4] Sedangkan menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, diantaranya :
  1. Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.           [5]
  2. Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.[6]
  3. Hasan Langgulung mengatakan bahwa metode berarti jalan untuk mencapai tujuan. Jalan untuk mencapai tujuan itu sebagai sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan mengembangkan gagagsan sehingga menghasilkan teori atau temuan.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian metode di atas, bila dikaitkan dengan proses pendidikan Islam, maka metode berarti prosedur yang digunakan pendidik dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan untuk mencapai tujuan yanng telah ditetapkan ( dari segi pendidik). Selain itu metode juga dapat berarti teknik yang dipergunakan peserta didik untuk menguasai materi tertentu dalam proses mencari ilmu pengetahuan. Salanjutnya, dalam penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu dipahami bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakeket metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam yaitu terbentuknya pribadi yang utama. Apabila metode dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka metode mempunyai fungsi ganda, yaitu yang bersifat polipragmatis dan monopragmatis. Bersifat polipragmatis berarti metode mengandung kegunaan yang serba ganda, misalnya suatu metode tertentu pada situasi kondisi tertentu dapat digunakan untuk melatih keterampilan siswa. Sebaliknya, bersifat monopragmatis bila metode hanya mengandung satu macam kegunaan saja. Misalnya metode eksperimen ilmu alam yang menggunakan laboratorium ilmu alam, maka hanya dapat digunakan untuk eksperimen-eksperimen bidang ilmu alam saja dan tidak dipergunakan untuk eksperimen ilmu-ilmu lain.
 Sedangkan fungsi metode menurut pendidikan Islam yaitu mengarahkan keberhasilan belajar, serta memberikan inspirasi terhadap anak didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan anak didik dalam proses belajar mengajar. Fungsi lain yaitu mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologis dan pedagogis sebagai kegiatan pendidikan yang terwujud melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini materi yang diberikan serta meningkatkan ketrampilan berfikir.[7]
B. Dasar dan Prinsip Metode Pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab  metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
  1. Dasar Agamis
 Maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
  1. Dasar Biologis
            Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
  1. Dasar Psikologis
 Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karena itu, metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
  1. Dasar sosiologis
 Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan ada metode yang digunakan tetapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan sulit untuk dicapai.[8]
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan  pendidikan Islam tidak mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok dengan kondisi agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis peserta didik. Agar proses pembelajaran tidak menyimpang dari tujuan pendidikan Islam, seorang pendidik dalam meggunakan metodenya harus berpegang kepada prinsip-prinsip yang mampu mengarahkan dan kepada tujuan tersebut. Dengan berpegang kepada prinsip-prinsip tersebut, seorang pendidik diharapkan mampu menerapkan metode yang tepat dan cocok sesuai dengan kebutuhannya.
Dengan berlandaskan kepada ayat-ayat al-Quran dan al-Hadis, M. Arifin menetapkan sembilan (9) prinsip yang harus dipedomani dalam menggunakan metode pendidikan Islam, kesembilan prinsip tersebut adalah: prinsip memberikan suasana kegembiraan, prinsip memberikan layanan dengan lemah lembut, prinsip kebermaknaan, prinsip prasyarat, prinsip komunikasi terbuka, prinsip pemberian pengetahuan baru, prinsip memberikan model prilaku yang baik, prinsip pengamalan secara aktif, dan prinsip kasih sayang.[9]
C. Macam-Macam Metode dalam Pendidikan Islam
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian inforemasi melalui penuturan secara lisan atau penjelasan secara langsung kepada sekelompok sisiwa. Metode ini merupakan merupakan metode yang sampai saat ini  sering digunakan oleh guru, dikarenakan guru belum merasa puas manakala dalam proses pengolahan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga siswa, belum merasa puas dalam proses pembelajaran ketika guru belum menyampaikan materi dengan metode ceramah. Aktivitas yang utama dalam metode ini adalah mendengar secara tertib dan mencatat seperlunya tentang pokok-pokok pelajaran yang dianggap penting. Metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan diantaranya:
1)      Kelebihan metode ceramah
ü  Merupakan metode yang murah dan mudah.
ü  Dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.
ü  Dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
ü  Guru dapat mengontrol keaadan kelas, karena kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.
2)      Kelemahan metode ceramah
ü  Materi yang dapat dikuasai oleh siswa terbatas pada apa yang dikuasai oleh guru.
ü  Guru yang kurang mermiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
ü  Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa mengerti apa yang dijelaskan apa belum.[10]
b. Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca. Selanjutnya pertanyaan disampsikan secara lisan, yang dilemparkan oleh guru terlebih dahulu kepada siswa kemudian setiap siswa diberikan kesempatan untuk menjawabnya. Jika pertanyaan tersebut tidak ada yang bisa menjawab barulah tugas guru untuk menjawabnya. Pertanyaan-pertanyaan dalam metode ini adalah menanyakan fakta pengetahuan atau bersifat faktual, tidak mengandung masalah yang memiliki berbagai kemungkinan jawaban, kemudian diusahakan sampai kepada suatu pengambilan sebuah kesimpulan. Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu:
1)      Kelebihan
ü  Dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, siswa tidak sekedar diam dan mendengarkan saja tapi ikut berpartisipasi sehingga suasana kelas menjadi hidup dan dinamis.
ü  Memberikan peluang kepada siswa untuk menanyakan sesuatu yang kurang jelas atau belum dipahaminya. Dengan demikian guru dapat mengontrol pemahaman siswa dalam mengikuti pelajaran.
ü  Metode ini merupakan awal dari metode diskusi, dengan menggunakan metode ini siswa berkesempatan melatih diri dalam menyusun pertanyaan. Disamping itu juga, berlatih dalam merumuskan jawaban.
Adapun kelemahan metode ini yaitu, pertanyaan atau jawaban dapat menyimpang dari pokok bahasan yang sedang dibicarakan oleh guru. Kondisi itu dapat terjadi, baik disadari maupun tidak. Penyimpangan yang disadari dapat terjadi apabila guru memandang sesuatu yang baru itu ternyata merupakan topik yang menarik, aktual dan patut diketahui oleh siswa.[11]
c. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian atau penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membicarakan dan menganalisis secara ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau pemecahan atas sesuatu masalah. Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok atau diskusi kelas. Pada diskusi ini, permasalahan yang disampaikan oleh guru dipecahkan oleh siswa secara tuntas dan keseluruhan. Yang mengatur jalannya diskusi ini adalah guru itu sendiri. Kedua, diskusi kelompok kecil, pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang, proses pelaksaaan diskusi ini dimulai dari guru yang menyajikan masalah dengan beberapa submasalah. Setiap kelompok memecahkan submasalah yang disampaikan oleh guru dan proses diskusi ini diakhiri dengan laporan setiap kelompok. Metode ini pun mempunyai kelebihan serta kelemahannya, yaitu:
1)      Kelebihan
ü  Metode ini dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
ü  Melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
ü  Melatih siswa untuk mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal serta dapat menghargai pendapat orang lain
2)      Kelemahan
ü  Memerlukan waktu yang cukup panjang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
ü  Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehinga kesimpulan menjadi kabur.
ü  Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi yang dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki ketrampilan berbicara berbeda.
ü  Terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol, akibatnya ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.[12]
d. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid harus mempertanggung jawabkannya. Dalam kegiatan  mengajar metode ini umumnya sering disebut dengan pemberian pekerjaan rumah. Kelemahan dan kelebihan metode ini, diantaranya:
1)       Kelebihan
ü  Materi pelajaran yang digali dan dicari sendiri cenderung lebih permanen dikuasi siswa dan lebih dimengerti daripada sekedar hafal saja.
ü  Mampu memupuk keberanian dalam mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan bersifat mandiri yang dapat mendorong terwujudnya kemampuan bersaing, tanpa menutup kemungkinan membina kemampuan bekerjasama.
2)      Kelemahan
ü  Siswa yang kurang bertanggung jawab dapat menipu dengan hanya menyalin atau meniru pekerjaan orang lain, atau sepenuhnya dikerjakan oleh orang dewasa atau orang tuanya.
ü  Tugas yang terlalu sering diberikan dan sifatnya sukar, merupakan beban yang berat sehingga dapat mengganggu ketenangan mental siswa.[13]
e. Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang proses sesuatu, situasi atau benda tertentu baik sebenarnya maupun sekedar tiruan sedangkan siswa memperhatikannya. Sebagai metode penyajian, demonterasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonterasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi metode ini dapat menyajikan bahan pelajaran yang lebih kongkrit. Adapun kelemahan dan kelebihan metode ini meliputi:
1)      Kelebihannya
ü  Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
ü  Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
2)      Kelemahannya
ü  Memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa perrsiapan yang memadai demonsterasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
ü  Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiyaan yang lebih mahal dibandingkan dengan metode ceramah.[14]
f. Metode Teladan
 Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir, dan sebagainya. Banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode pendidikan yang paling berhasil guna dalam belajar, pada umumnya, orang lebih mudah menangkap yang kongkrit daripada yang abstrak. Mendidik dengan keteladanan adalah salah satu strategi pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya, hal ini sudah dibuktikan oleh Nabi Muhammad SAW. Keteladanan merupakan metode terbaik dalam pendidikan moral. Keteladanan selalu menuntut sikap yang konsisten dan kontinyu baik dalam perbuatan atau budi pekerti yang luhur, karena sekali memberikan contoh yang buruk maka akan mencoreng seluruh budi pekerti yang luhur.[15]
g. Metode Nasihat
Didalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tatap sehingga kata-kata tersebut harus diulangi. Nasihat yang berpengaruh dapat membuka jiwa secara langsung melalui perasaan. Ketika menggunakan nasihat itu dengan bentuk kisah-kisah, pendidik dapat membahasnya secara panjang-lebar dan meninjaunya dari berbagai aspek selaras dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Pendidik dapat pula menggunakan pelajaran sejarah untuk menyampaikan ajaran dan nasihat. Banyak umat yang jatuh karena akhlaknya rusak, maka nasihat bukan untuk menanamkan fanatisme kebangsaan atau keagamaan tertentu, melainkan untuk memetik pelajarannya dan mengetahui intisarinya.  Contoh nasihat Luqman Hakim kepada anaknya (QS. Luqman: 13-19). [16]
h. Metode Pembiasaan
Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak. Mereka belum menginsafi apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila. Demikian pula mereka belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti pada orang dewasa. Sunnah Rosululloh saw, yang sangat dikenal sehubungan dengan metode pembiasaan ialah sebagai berikut :
مُرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَ اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُم اَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ, َفَرَّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى المَضَاجِع
Artinya : “Suruhlah anak-anak sekalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh ahun, dan pukullah mereka apaila meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka”. (H.R Abu dawud)
Menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama, kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang atau anak belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya. Apalagi yang dibiasakan itu kurang menyenagkan. Oleh sebab itu, dalam menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan. Bahkan dalam hal ini, pendidikan bisa mengunakan motivasi dengan kata-kata yang baik, memberi hadiah, hingga menggunakan hukuman apabila dipandang perlu dalam meluruskan penyimpangan. Pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran. Sebab pembiasaan digunakan bukan untuk memaksa peserta didik agar melakukan sesuatu secara otomatis tanpa disadari oleh dirinya tetapi dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah atau berat hati.
i. Metode Melalui Kisah atau Cerita
Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan manusia. Jiwa seseorang mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan cerita atau kisah. Hal ini dikarenakan beberapa hal diantaranya: meluapnya emosi terhadap kejadian dalam kisah tersebut, misalkan ikut merasakan sebagai pelaku atau menganggap dirinya sebagai pelaku. Oleh karena itu, Al-Qur’an bercerita tentang berbagai kisah secara luas dan telah menggunakan kisah-kisah tersebut untuk segala aspek pendidikan termasuk juga pendidikan moral. Al-qur’an mempergunakan cerita sebagai metode pendidikan dalam islam seperti cerita Nabi atau Rasul terdahulu, agar kita dapat mengambil babaerapa pelajaran yang terkandung dalam cerita tersebut dan diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.[17]
 j. Metode Targhib dan Tarhib
 Kata targhib berasal dari kata kerja ragghaba yang berarti: menyenangi, menyukai dan mencintai, kemudian kata itu diubah menjadi kata benda targhib yang mengandung makna: suatu harapan untuk memperoleh kesenangan, kecintaan dan kebahagiaan. Semua itu dimunculkan dalam bentuk janji-janji berupa keindahan dan kebahagiaan yang dapat merangsang atau mendorong seseorang sehingga timbul harapan dan semangat untuk memperolehnya. Secara psikologi, cara itu akan menimbulkan daya tarik yang kuat untuk menggapainya. Sedangkan istilah tarhib berasal dari kata rahhaba yang berarti, menakut nakuti atau mengancam. Lalu kata itu diubah menjadi kata benda tarhib yang berarti, ancaman hukuman. Dari pengertian diatas yang dimaksud dengan metode targib dan tarhib yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
Metode ini telah digunakan masyarakat secara luas, orang tua terhadap anak, pendidik terhadap murid, bahkan masyarakat luas dalam interaksi antar sesamanya. Al-Qur`an ketika menggambarkan surga dan segala nikmatnya dan neraka dengan segala siksaannya menggunakan metode ini, karena sesuai dengan tabiat manusia dimanapun berada, apapun jenis, warna kulit, atau ideologinya. Metode  pertama bersifat positif dan pengaruhnya relatif lebih lama karena bersandar pada rasa senang, sementara itu metode kedua bersifat negatif dan pengaruhnya relatif temporal (sementara) karena berdasar pada rasa takut. Hukuman merupakan metode terburuk, tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman :
a) Hukuman adalah metode kuratif (untuk memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan dan memelihara peserta didik lainnya). Dan pendidik hendaknya tidak boleh menjatuhkan hukuman ketika marah.
b) Hukuman baru digunakan apabila metode lain seperti nasihat dan peringatan tidak berhasil, guna dalam mgtemperbaiki peserta didik.
c) Sebelum dijatuhi hukuman peserta didik hendaknya lebih dahulu diberi kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki dirinya.
d)   Hukuman yang dijatuhkan hendaknya dapat dimengerti olehnya, sehingga ia sadar akan kesalahan dan tidak mengulanginya.[18]
K. Metode Active Learning
1. Everyone is a Teacher here
Ini merupakan sebuah strategi yang mudah, guna memperoleh partisipasi kelas yang keseluruhan dan tanggung jawab secara individu. Strategi ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap peserta didik lain. Dengan strategi ini, peserta didik yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif.
Prosedur dari strategi ini adalah:
1. Guru membagikan kartu indeks kepada setiap siswa. Guru meminta para peserta menulis sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di dalam kelas atau topik khusus yang akan mereka diskusikan di kelas. Misalnya ketika materi pelajaran tentang zakat, maka mereka membuat pertanyaan yang berkaitan dengan zakat.
2. Guru mengumpulkan kartu, mengocok dan membagikan satu pada setiap siswa. Guru meminta siswa membaca diam-diam pertanyaan atau topik pada kartu dan pikirkan satu jawaban.
3. Guru memanggil sukarelawan yang akan membaca dengan keras kartu yang mereka dapat dan memberi respon.
4. Setelah diberi respon, guru meminta pada yang lain di dalam kelas untuk menambahkan apa yang telah disumbang oleh sukarelawan tersebut.
5. Guru melanjutkan proses itu selama masih ada sukarelawan.
2. Index Card Match
Index Card Match atau Mencari Pasangan adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan
Langkah-langkah:
1. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada dalam kelas.
2. Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
4. Pada separuh kertas lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tadi dibuat.
5. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara kartu soal dan kartu jawaban.
6. Beri setiap peserta didik satu kertas/kartu. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh peserta didik akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.
7. Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
8. Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.
9. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.



3.      Card Short
Secara umum langkah-langkah strategi pembelajaran Card Short adalah sebagai berikut :
  1. Menentukan topik
  2. Pengantar kegiatan
  3. Guru memberikan kartu secara acak dan pastikan masing-masing siswa mendapatkan kartu tersebut.
  4. Masing-masing siswa mencari kartu nama yang sama sekaligus mengklasifikasinnya.
  5. Kesimpulan.
 4. The Power of Two yaitu guru melemparkan masalahnya, masing-masing siswa berupaya mencari jawaban sendiri-sendiri, bertukar pikiran dengan teman sebelah, diambil jawaban yang mendekati kebenaran, siswa mempresentasekan jawaban, lalu dipilih jawaban yang paling benar.
 5. Critical Incident yaitu siswa mengingat dan mendiskripskan pengalaman masa lalu yang menarik dan berkaitan dengan pokok bahasan, siswa lain mengulas dan memberikan solusi (deskripsi tidak harus dengan lisan, bisa juga dengan tertulis).
6. Snowballing yaitu guru melempakan masalah;,masing-masing siswa berfikir, diskusi dengan teman sebelah atau dengan teman sebangku lain, kemudian dibagi menjadi dua kelompok besar, masing-masing kelompok presentase.
7. Information Search yaitu guru menentukan topik, membagikan teks (materi Pelajaran), siswa membaca secara berkelompok, guru memberikan pertanyaan untuk dijawab siswa, kelompok siswa membuat jawaban dan langkah terakhir presentasi.
8. Learning Start with Question yaitu guru membagikan teks yang relatif baru (asing), siswa membaca secara kelompok (minimal 2 orang), kemudian mengutarakan isi bacaan sesuai yang dipahami, siswa yang lebih memahami materi memberi jawaban dan tanggapan.
9. Team Quiz yaitu guru membentuk tiga kelompok tugas secara bergantian untuk membuat soal, jawaban dan penilaian, buat skor, masing-masing jawaban tiga kelompok (cocok untuk pendalaman pada pertemuan akhir untuk evaluasi).
10. Debat Aktif yaitu guru membentuk dua kelompok, mengemukakan permasalahan yang kontroversial, siswa mempersiapkan argumentasi, berdebat saling membuat pertanyaan dan tanggapan.
11. Brainstorming yaitu menentukan topik, siswa mencurahkan pendapat, ide, dan gagasannya, guru menulis dan menginventarisasi pendapat yang ada di seleksi dan diambil yang benar.
12. Elitasi yaitu menentukan topik, siswa mencurahkan pendapat, ide, gagasannya,   selanjutnya guru menyeleksi dan menulis di papan tulis.
 13. Mind Mapping : Guru membagikan bacaan sesuai pokok bahasan, siswa mencari kata-kata kunci, siswa membuat skema (peta konsep),  kemudian presentasi menjelaskan hubungan antarkonsep yang ada.
14. Role Playing yaitu guru mengangkat berita aktual yang terkait dengan pokok bahasan, menunjuk dua orang untuk memerankan karakter tokoh yang berbeda, keduanya berdialog, peserta lainnya mengamati guru meminta pemeran untuk menceritakan perasaannya, kemudian guru meminta komentar siswa lainnya.
Demikian beberapa metode pembelajaran di atas, dengan harapan bahwa para guru nantinya tidak lagi monoton dalam menyampaikan materi pelajaran di sekolah. Penerapan berbagai metode ini akan sangat membantu siswa untuk memahami sebuah materi yang diberikan. Hal ini beralasan karena pada dasarnya siswa tidak terlalu suka pada sesuatu yang monoton dan statis, sebaliknya siswa lebih suka akan kedinamisan dan perubahan. Mungkin karena ia takut sehingga cara atau metode belajar apa pun yang digunakan oleh guru siswa tidak pernah protes.
D. Fakror-Faktor Yang Mempengaruhi Penentuan Metode Pendidikan Islam
Pada prinsipnya tidak satu pun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna atau cocok denagn semua pokok bahasan yang ada dalam setiap pelajaran. Langkah yang ditempuh para pendidik sebelum memilih metode pendidikan adalah memperhatikan persiapan mengajar yang meliputi pemahaman terhadap tujuan pendidikan Islam, penguasaan materi, dan pemahaman teori-teori pembelajaran. Disamping itu, pendidik harus memahami prinsip mengajar dan evaluasi. Prosedur penentuan sebuah metode pendidikan adalah memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya:[19]
1.      Tujuan Pendidikan Islam
Digunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa pendidikan itu dilaksanakan. Dan tujuan itu ,mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.  Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu : “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan bernudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
2.      Pribadi Pendidik
Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan, dipundaknya terletak tanggung jawab yang besar dalam upaya mengantarkan peserta didik kearah tujuan pendidikan yang dicitakan. Secara umum, pendidik adalah mereka yang memiliki tanggung jawab mendidik. Mereka adalah manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya melaksanakan proses pendidikan. Selain mendidik pendidik/guru mempunyai 4 empat tugas, yaitu :
a. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama islam.
b. Menanamkan keilmuan dalam jiwa anak.
c. Mendidik anak agar taat menjalankan agama.
d. mendidik anak agar berbudi pekerti baik
3.      Anak Didik
Peserta didik sebagai subjek belajar memiliki karaktersistruk yang berbeda beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi, social, lingkungan keluarga, dan harapan terhadap masa depan. Faktor anak didik adalah merupakan salah satu factor pendidikan yang paling penting karena tanpa adanya factor tersebut, maka pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh karena itu factor anak didik tidak dapat digantikan oleh faktor yang lain. Dalam paradigma pendidikan islam, peserta didik merupakan sesuatu yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Di sini peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan ruhani yang belum mencapai kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun psikologisnya. Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bimbingan arahan pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju kedewasaan.
4.      Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan factor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
5.      Lingkungan
            Lingkungan merupakan sesuatu yang mempenmgaruhi pada pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Adapun pengaruh lingkungan dapat dibagi menjadi dua, yaitu positif dan negatif, adapun uraiannya sebagai berikut;
a. Pengaruh lingkungan dapat dikatakan positif, bila mana lingkungan itu dapat memberikan dorongan atau motivasi dan rangsangan kepada anak untuk berbuat hal-hal yang baik.
b. Sebaliknya pengaruh lingkungan dapat dikatakan negatif bila mana keadaan sekitarnya anak itu tidak memberikan pengaruh baik.
Karena itu berhasil atau tidaknya pendidikan agama di sekolah juga banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan daripada anak didik.










BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode dan pendekatan dalam pendidikan Islam mempunyai peranan yang amat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Sebaik apapun materi yang akan kita sampaikan tanpa disertai metode yang tepat dalam pencapaiannya dikhawatirkan esensi dari materi tersebut tidak sampai dan tidak difahami oleh peserta ddik. Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode merupakan cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Kegagalan guru dalam mencapai tujuan pengajaran akan terjadi jika pemilihan dan penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik dan masing-masing metode pengajaran.
Adapun macam-macam metode dalam pendidikan Islam diantaranya:  metode ceramah(khutbah), diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, melalui nasihat, teladan, pembiasaan, cerita atau kisah, dan masih banyak lagi metode-metode lainnya. Sedangkan faktor-faktor yang menentukan dalam hal penentuan metode itu sendiri meliputi tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan itu sendiri, pendidik, peserta didik, alat pendidikan dan lingkungan.











DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu,  Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka Setia, 2005.
Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993.
Hamdani Ihsan, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Hamruni,  Konsep Edutainment dalam Pendidikan Islam, Jogjakarta: Bidang Akademik, 2008.
Ibnu Hamzah Al Husaini  Al Hanafi  al-Damsyiqi,  Asbab Al Wurud,  Jakarta, Kalam Mulia, 2003.
John M Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995.
M. Fathullah Gulen, Versi Teladan; Kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, Jakarta: Rosda Karya, 2002.
 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Munawar Kholil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, Jakarta Bulan Bintang, 1994.
Nizar Samsul, dan Ramayulis,  Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya,  Jakarta : Kalam mulia, 2009.
Ramayulis,  Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2008.
 Saebani, Beni Ahmad Saebani, dkk,  Ilmu Pendidikan Islam 1, Bandung : Pustaka Setia, 2009.
 Surakhmad,  Pengantar interaksi Belajar Mengajar,  Bandung : Tarsito, 1998.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008.


 [1] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, ( Jakarta : Kalam mulia, 2009), hlm. 209.
[2]  Beni Ahmad Saebani, dkk,  Ilmu Pendidikan Islam 1, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), hlm. 91.
[3]  Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2008), hal. 2-3.
[4] John M Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995), hal. 379.
[5] Surakhmad, Pengantar interaksi Belajar Mengajar, (Bandung : Tarsito, 1998), hal. 96.
[6] Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2005), hal. 52
[7] Hamruni,  Konsep Edutainment dalam Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Bidang  Akademik, 2008), hlm. 112-113.
[8] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam............. hal. 216.
[9] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.199.

[10] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm 147-149.
[11] Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm 256-262.
[12]  Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran.............hlm 154-156.

[13] Hadari Nawawi,  Pendidikan Dalam Islam..............hlm 283-284.

[14] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran.............hlm 152-153.

[15] Munawar Kholil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, (Jakarta Bulan Bintang, 1994), hal. 49.

[16] Ibnu Hamzah Al Husaini  Al Hanafi  al-Damsyiqi,  Asbab Al Wurud, ( Jakarta, Kalam Mulia,2003), hal. 69


[17] Hamdani Ihsan, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm 200.
[18] M. Fathullah Gulen, Versi Teladan; Kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, (Jakarta: Rosda Karya, 2002), hal. 197-199.

[19] Hamruni,  Konsep Edutainment.................hlm. 114.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar